Kamis, 13 November 2008
MODEL INKUIRI KUALITATIF
1.1 Model Inkuiri Kualitatif
Model Inkuiri kualitatif dapat digolongkan menjadi dua yaitu interaktif dan noninteraktif. Model Inkuiri kualitatif ini penting karena mempunyai suatu sejarah yang terkemuka, dalam satu disiplin dan jurnal yang telah terkenal, buku, dan metodologi khusus yang menggolongkan pendekatannya. Model Inkuiri kualitatif sering ditemukan di jurnal-jurnal, mendukung metodologi yang seksama dan sistematis. Mengilustrasikan keanekaragaman pada laporan penelitian, peran peneliti, dan teknik-teknik pengumpulan data.
1.1.1 Inkuiri interaktif Kualitatif
Inkuiri interaktif kualitatif merupakan suatu pendalaman studi yang mempergunakan teknik face-to-face (bertatap muka) untuk mengumpulkan data dari orang-orang yang diteliti. Para peneliti kualitatif membangun suatu kompleks, gambar holistic dengan uraian perspektif penutur asli yang terperinci. Beberapa peneliti kualitatif mendiskusikan secara terbuka nilai-nilai tersebutdan kemudian membentuk naratifnya. Para peneliti interaktif menguraikan konteks studinya, serta menggambarkan perspektif yang berbeda dari fenomena, dan secara terus menerus meninjau kembali pertanyaan dari pengalaman mereka di bidang tersebut.
Inkuiri interaktif kualitatif mencakup:
A. Etnografi
Etnografi adalah suatu uraian dan penafsiran dari suatu kebudayaan atau kelompok sosial atau sistem. Walaupun ada perselisihan paham yang pantas dipertimbangkan tentang makna dari istilah “budaya”, pada dasarnya pola tindakan yang dipelajari meliputi, bahasa, kepercayaan, upacara agama, dan jalan hidup. Sebagai suatu proses, Etnografi meliputi perpanjangan bidang kerja dengan mengunakan observasi dan wawancara sederhana. Ada beberapa macam perbedaan Etnografi. Hal ini mengingat banyak para ahli Antropologi mengerjakan observasi peserta di dalam ilmu pengetahuan suatu budaya etnografik, para peneliti di bidang pendidikan menggunakan teknik tersebut untuk menghasilkan mikroetnografis (Erickson, 1973; Lecompte & Preissle, 1993; Wolcott, 1995). Mikroetnografi adalah suatu studi observasi yang merupakan salah satu aspek peserta suatu komponen kebudayaan (pendidikan) seperti para peserta di dalam suatu aktivitas di bidang pendidikan, yaitu suatu kelas atau kota para peserta di dalam suatu program inovatif. Jika studi tersebut adalah suatu ujian dari suatu aktivitas sangat spesifik secara menyeluruh, atau dari suatu unit yang sangat kecil di dalam suatu organisasi atau dari pemikiran praktis sehari-hari dan percakapan yang biasa, hal itu adalah suatu Etnometolologi (Schwandt, 1997).
B. Fenomenologi
Fenomenologi merupakan suatu Filsafat ilmu pengetahuan dan suatu model Inkuiri. Studi fenomelogi ini menjelaskan arti pengalaman hidup. Peneliti mengumpulkan data, bagaimana individu mengerti situasi atau pengalaman tertentu. Tujuan fenomenologi adalah untuk membentuk pengalaman hidup ke dalam deskripsi (Van Manen, 1990, hal. 36). Teknik khusus merupakan wawancara antara informan dan peneliti mengarahkan untuk memahami cara pandang informan pengalaman hidupnya terhadap penomena (Moustakas, 1994; Seidman, 1998). Studi membolehkan pembaca untuk memahami konsep secara penuh yang tekait pengalaman tertentu, seperti memperoleh suatu cacat fisik ketika dewasa atau seorang anak muda meneruskan hidup bersama satu orangtua akibat perceraian.
Mengingat beberapa studi “kasus” sebagai suatu objek studi (Stake, 1995), dan ahli yang lain mempertimbangkan suatu metodologi yang dipertimbangkan (Yin, 1994). Suatu studi kasus menguji suatu sistem atau suatu kasus dari waktu ke waktu secara detail dengan memanfaatkan berbagai sumber data dalam suatu penelitian. Kasus bisa jadi suatu program, suatu peristiwa, suatu aktivitas, atau individu membatasi tempat dan waktunya. Para peneliti memilih kasus karena keunikannya atau kasus mengambarkan kesungguhan (Stake, 1995).
C. Grounded Theory ‘Teori Mendasar’
Penelitian kualitatif merupakan penelitian deskripsi dan menganalisis fenomena dengan teori yang mendasar untuk mengembangkan konsep secara mendetail (Glaser & Strauss, 1967; Strauss & Corbin, 1998). Istilah teori yang mendasar sering digunakan dalam penelitian nonspesifik untuk mengacu pada pendekatan apapun dalam membentuk gagasan teoretis yang diawali dengan data. Akan tetapi metodologi teori mendasar merupakan rancangan prosedur yang teliti untuk menghasilkan teori inti.
Beberapa peneliti mempertimbangkan teori mendasar untuk dijadikan modifikasi pengenalan analsis yang diawali oleh teori sehingga menjadi hipotesis kerja yang diuji terhadap kasus yang berbeda. Karena hasil masing-masing dikunjungi, pengumpulan data lebih dibatasi pada dimensi tertentu dari kategori informasi tersebut. Yang dimodifikasi induksi/pelantikan analitis sering dilaksanakan di dalam studi multi-site yang memanfaatkan pengamatan peserta (Bodgan & Biklen, 1998).
D. Studi Kritis
Model inkuiri digambarkan dari teori kritis, yaitu teori yang memperjuangkan hak perempuan, lomba teori, dan perspektif postmodern, yang berasumsi bahwa pengetahuan adalah subjektif. Para peneliti ini juga memandang masyarakat sebagai susunan yang sangat utama dengan kelas dan status, seperti ras, etnik, jenis kelamin, dan orientasi seksual (Lather, 1991). Peneliti bersikap kritis curiga dari banyak model Inkuiri untuk mengabaikan hubungan kekuatan tersembunyi dalam teknik pengumpulan data dan untuk tidak termasuk cara-cara lain dari pengetahuan (Murshall & Rossman, 1999). Sedangkan, riset kesukuan memperjuangkan hak perempuan berpusat pada jenis kelamin dan ras sebagai masalah suatu studi, paham postmodern dan teori kritis yang bertujuan untuk lebih memusatkan pada masyarakat dan institusi sosial. Sebagian besar kritik riset tradisional kualitatif diterapkan; terletak pada analisis naratif, riset di bidang ilmu, Etnografi kritis, keikutsertaan-riset di bidang ilmu, dan riset memperjuangkan hak perempuan.
Studi kritis dimulai dengan kesanggupan untuk menunjukkan manipulasi sosial dan tekanan serta mengubah struktur sosial yang menekan. Mereka sering mempunyai tujuan pembebasan yang tegas (eksplisit) salah satunya melalui dukungan kritik atau melalui pembelaan dan tindakan secara langsung diambil oleh peserta atau peneliti. Seorang peneliti boleh mengidentifikasi jenis kelamin, ras, usia, etniknya, status sosial, dan posisi politik untuk menginformasikan pembaca bahwa penafsiran tidak hanya menilai (Carspecken, 1996; Rossman & Rallis, 1998).
Dua klarifikasi berikut adalah penting. Pertama, Cara Inkuiri ini tidak terlalu mementingksn model diskrit walupun tiap dapak metodologi telah dibedakan. Model Inkuiri berbeda dalam tujuan, kepentingnya teori, memurnikan disiplin ilmu, teknik mengumpulkan data, aturan peneliti, dan format cerita dari laporan. Karena beberapa hal ada yang tumpang tindih diantara yang terpilih empat kualitatif “tradisional”, tradisi kualitatif, mendominasi cara Inkuiri untuk dinyatakan studi. Sebagai contoh, Etnografi dari suatu sistem berbudaya dan studi kasus kedua-duanya dari suatu sistem yang membatasi sistem investigasi secara khusus. Bagaimanapun, suatu Etnografi (kecuali, Etnografi-mikro) menguji suatu sistem berbudaya; suatu studi kasus berpusat pada unit yang lebih kecil seperti suatu aktivitas atau peristiwa dan tidak menyelidiki topik yang membatasi pada bidang perilaku budaya, upacara agama, atau kepercayaan (Creswell, 1998). Dengan demikian, suatu studi kelas tunggal (Etnografi-mikro) boleh jadi didekati sebagai studi kasus atau sebagai suatu studi Etnografi di dalam salah satu komponen suatu budaya (pendidikan). Suatu pengujian yang seluruhnya berbeda dari kelas tunggal akan menjadi suatu studi kritis.
Kedua, kita menggunakan istilah desain studi kasus untuk mengacu pada “kasus” tunggal, dipelajari dengan sungguh mendalam, berlawanan dengan didesain secara eksperimental dan noneksperimental dimana kelompok dibandingkan sampai analisis statistik. Pada desain kualitatif, suatu “kasus” menjadi satu-satunya peristiwa atau kesatuan yang menguji dengan sungguh mendalam. Hal ini bisa jadi perorangan, satu kelompok para siswa, suatu sekolah, suatu program, atau suatu konsep. Desain studi kasus dapat digunakan untuk semua riset kualitatif tradisional dan nontradisional, dan riset kualitatif interaktif dan noninteraktif. Studi kasus mendesain, kemudian, tidak hanya sama halnya dengan cara Inkuiri studi kasus.
1.2 Inkuiri Noninteraktif
Model Inkuiri noninteraktif, merujuk pada penelitian analitis, menyelidiki konsep dan peristiwa historis melalui suatu analisis dokumen. Para peneliti mengidentifikasi studi, lalu manyatukan data untuk menyediakan suatu pemahaman konsep atau suatu peristiwa masa lampau yang boleh atau tidak boleh akan menjadi tampak secara langsung. Dokumen yang dibuktikan keasliannya merupakan sumber utama dari data. Peneliti menginterpretasikan “fakta” untuk menyediakan penjelasan tentang masa lampau dan menjelaskan makna kolektif di bidang pendidikan yang bisa jadi praktik isu dan arus dasar.
Contoh dai penelitian analitis termasuk analisis konsep dan analisis sejarah. Analisis konsep adalah merupakan studi konsep kependidikan seperti – “pembelajaran”, “kelompok kemampuan,” “kepemimpinan” untuk menguraikan makna yang berbeda dan penggunaan yang sesuai dari konsep itu. Analisis sejarahmeliputi kumpulan sistem dan kritisme dokmen yang dijelaskan setelah kejadian. Sejarawan pendidikan mempelajari program kependidikan, praktik, institusi, orang-orang, kebijakan, dan pergerakan. Hal ini ditafsirkan yang biasanya dalam konteks sejarah, ekonomi, sosial, militer, kecenderungan teknologi, dan politik. Pengujian analisis menyebabkan tindakan lebih lanjut,sering dikaitkan antara kejadian sekarang .
1.3 Teknik-teknik Pengumpulan Data
Model lain untuk mengelompokan penelitian adalah dengan menguji teknik yang digunakan di dalam studi untuk mengumpulkan data. Salah satu perbedaan pokok pendekatan kuantitatif adalah berupa angka-angka untuk menguraikan fenomena, sedangkan teknik kualitatif menggunakan uraian naratif. (Beberapa studi menggunakan teknik koleksi data kualitatif, bagaimanapun, digunakan angka-angka untuk meringkas penemuan.) Sedangkan kebanyakan dari teknik Inkuiri mendesain riset yang lebih spesifik pada teknik. Hampir semua desain eksperimental menggunakan teknik kuantitatif, dan kebanyakan desain studi kasus menggunakan teknik kualitatif. Di bawah Anda akan menemukan pendahuluan terhadap setiap teknik.Lebih rinci lagi akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.
Teknik Untuk Mengumpulkan Data
Kuantatif Kualitatif
Type Obsevasi terstruktur
Wawancara Terstruktur
Tes tertulis
Kuisoner
Penilaian alternatif Obsevasi peserta
Obsevasi lapangan
Wawancara mendalam
Dokumen dan artefak
Teknik tambahan
Karakteristik Instrumen digunakan dalam pengumpulkan data
Data ditampilkan dalam bentuk angka
Keputusan apiori dalam prentasi data
Data berupa satu bentuk responden ditentukan dengan instrument
Data dihitung dan diuraikan secara statistic
Pengertian diperoleh dari pekerjaan produser statistik Data dikumpilkan tanpa status instrument
Data ditampilkan dalam bentuk kata-kata
Bukan merupakan keputusan apriori pada persentasi data; tergantung pada data yang dikumpulkan
Data dapat berupa banyak bentuk – bidang, dokumen, catatan wawancara, rekaman, kaset, dan artepak
Perhitungan terbatas pada menolong mengidentifikasi pola; digunakan untuk mendukung pangertian kualitatif
1.3.1 Teknik-teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif menekankan berdasarka pada prasangka kategori untuk mengumpulkan data dalam wujud angka-angka. Tujuannya adalah untuk menyediakan uraian, hubungan, dan penjelasan statistik. Teknik kuantitatif digunakan dalam desain eksperimental, deskriptif, dan korelasional sebagai cara untuk meringkas sebagian besar pengamatan dan untuk menandai sesuai jumlah kesalahan dalam melaporkan dan mengumpulkan data.
A. Observasi yang tersusun
Semua riset memerlukan beberapa macam pengamatan tentang orang-orang, berbagai hal, atau proses. Apa yang kita miliki berkaitan dengan observasi yang tersusun, bagaimanapun, merupakan berbagai macam pengumpulan data tertentu, para peneliti secara langsung mengamati, yang berhubungan dengan pendengaran dan penglihatan, beberapa peristiwa, kemudian secara sistematis arsip diamati hasilnya. Peninjau telah mengantisipasi kategori spesifik dari perilaku yang hendak direkam; menjadi apa atau dia akan mengamati ditentukan sebelum riset diselenggarakan. Pada umumnya; unit tingkah laku dikenali dan suatu proses sistematis dari merekam digunakan untuk mengecek atau perilaku spesifik. Sebagai contoh, peninjau boleh merekam berapa kali para siswa menjawab pertanyaan, jenis pertanyaan yang diminta, atau berapa lama guru lari bereaksi terhadap setiap pertanyaan.
B. Wawancara terstruktur
Pada suatu wawancara ada interaksi langsung secara lisan antara pewawancara dan orang yang diwawancarai. Suatu wawancara tersusun merupakan suatu lisan, administrasi suatu standard satuan pertanyaan yang disiapkan sendiri di depan. Pada umumnya pertanyaan adalah tanggapan-terpilih atau semistruktur. Ketika diminta suatu pertanyaan dengan tanggapan-terpilih, orang yang diwawancarai memilih tanggapan alternatif yang disajikan oleh pewawancara. Pertanyaan yang semistruktur diutarakan untuk mengizinkan tanggapan unik untuk subjek masing-masing. Dengan mengabaikan jenis pertanyaan, tanggapan adalah mengkode, menyusun tabel, dan meringkas sesuai nomornya.
C. Angket
Daftar pertanyaan meliputi berbagai instrumen dimana orang yang diwawancarai bereaksi terhadap pertanyaan tertulis untuk menimbulkan reaksi, kepercayaan, dan sikap. Peneliti memilih atau membangun satu set pertanyaan yang sesuai dan mempertanyakan orang yang diwawancarai untuk menjawabnya, pada umumnya dalam suatu bentuk yang mempertanyakan orang yang diwawancarai untuk memeriksa tanggapan (contoh, ya, tidak, mungkin). Hal ini merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data yang sangat umum pada riset di bidang pendidikan, dan kebanyakan survei penelitian menggunakan daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan tidaklah perlu lebih mudah teknik yang lain dan harus dikerjakan secara hati-hati.
D. Tes tertulis
Di dalam suatu tes membaca dan menulis responden itu menjawab serangkaian pertanyaan yang dicapai secara objektif. Bentuk materi khusus meliputi pilihan berganda, menjodohkan, betul-salah, dan penyelesaian. Hasil skor tes digunakan sebagai data. Karena jenis tes ini sesungguhnya dibentuk dengan baik dan mempunyai kualitas kekuatan teknis, skor tes sering digunakan pada riset di bidang pendidikan sebagai ukuran dari prestasi siswa. Bagaimanapun, ketika kita akan melihat bab selanjutnya, perhatian diperlukan ketika menggunakan jenis ukuran ini.
E. Penilaian alternatif
Penilaian alternatif merupakan ukuran prestasi yang memerlukan demonstrasi suatu kecakapan atau keterampilan dengan mempunyai responden yang menciptakan, menghasilkan, atau melakukan sesuatu. Salah satu jenis penilaian alternatif adalah berdasarkan-prestasi, seperti suatu pembuatan keterampilan berbicara, menulis suatu tulisan, membuat suatu presentasi yang berbakat musik, demonstrasi, pencapaian atletik, dan proyek lain. Portfolio melembagakan jenis penilaian alternatif yang lain. Banyak penilaian alternatif adalah autentik, mencerminkan permasalahan dan konteks hidup-nyata. Sedangkan penilaian alternatif sudah menjadi populer di tahun terakhir; sebagai teknik untuk digunakan dalam pendekatan riset ini adalah penuh dengan berbagai kesulitan teknis. Hal ini terutama karena sifat hubungan membuat angka dari hasil atau prestasi itu
1.3.2 Teknik-Teknik Kualitatif
Seperti ditandai pada teknik yang lebih awal, pengumpulan data kualitatif dalam wujud kata-kata dibandingkan angka-angka. Studi menyediakan suatu pemerinci uraian naratif, analisis, dan penafsiran gejala. Peneliti paling interaktif kualitatif mempekerjakan beberapa teknik dalam suatu studi, tetapi pada umumnya memilih salah satu seperti metode pusat. Sampai taraf tertentu, pengamatan peserta, pengamatan, dan pewawancara menjadi bagian dari semua riset interaktif. Strategi lain yang digunakan untuk lampiran atau untuk meningkatkan kredibilitas dari penemuan itu. Riset noninteraktif terutama tergantung pada dokumen. Teknik kualitatif menyediakan uraian lisan untuk melukiskan kesempurnaan dan kompleksitas dari peristiwa yang terjadi yang dialami menentukan perspektif peserta. Suatu ketika dikumpulkan, data dianalisis secara induktif menghasilkan penemuan.
A. Observasi Peserta
Observasi peserta adalah suatu teknik interaktif dari “berpartisipasi” sampai taraf tertentu secara alami terjadi situasi di atas pada suatu waktu yang diperluas dan penulisan catatan bidang yang luas untuk menguraikan apa yang terjadi. Peneliti tidak mengumpulkan data untuk menjawab suatu hipotesis spesifik; melainkan penjelasan diperoleh secara induktif dari catatan bidang tersebut. Karena konteks observasi tersebut adalah penting, peneliti itu berhati-hati terhadap peran dokumennya baik laki-laki maupun perempuan di dalam situasi dan efek apa yang bisa jadi dimiliki atas penemuan tersebut. Kebanyakan bidang para pekerja menetapkan suatu jarak respek dari para informan tersebut– menanamkan empati, tetapi bukan simpati, hubungan, tetapi bukan persahabatan, keakraban, tetapi tidak pernah “hidup sebagai penduduk asli” (Schwandt, 1997). Bagaimanapun, para peneliti lain, karena mereka menghabiskan waktu yang pantas dipertimbangkan di dalam pengaturan, juga mengetahui dari pengalaman mereka sendiri di dalam pengaturan. Cerminan pribadi ini terintegrasi ke dalam analisis yang muncul dari kepentingan kelompok sosial. Riset kolaboratif dan keikutsertaan memperkenalkan dugaan dari keikutsertaan aktif oleh peneliti dan berbagi peran riset dengan para peserta. Pada setiap variasi dari observasi peserta, peran riset dibentuk pada awal studi lalu dimonitor dengan dokumentasi.
B. Observasi Lapangan
Suatu teknik pokok untuk riset yang paling kualitatif adalah, observasi langsung bidang, saksi mata memegang buku dari tindakan sosial sehari-hari dan duduk mengambil bentuk dari catatan bidang. Observasi bidang kualitatif memperinci uraian tentang peristiwa, orang-orang, tindakan, dan objek dalam menentukan sesuatu. Observasi bidang digunakan di dalam pengumpulan data yang interaktif, seperti observasi peserta dan pewawancaraan yang mendalam. Yang terdahulu, peneliti bersandar pada observasi seksama sebagai ia atau dia pada awalnya menyelidiki beberapa ruang lingkup minat pada suatu lokasi, memilih hal itu untuk mempelajari secara detail, dan mencari-cari pola perilaku dan hubungan. Kemudian, peneliti mencatat bahasa tubuh nonverbal dan ekspresi dari orang yang sedang diwawancarai untuk membantu menginterpretasikan data lisan.
C. Wawancara Mendalam.
Suatu wawancara yang mendalam sering ditandai sebagai percakapan dengan suatu tujuan. Peneliti bisa jadi menggunakan suatu protokol atau pemandu wawancara yang umum, tetapi tidak satu satuan pun pertanyaan spesifik yang susunan katanya dengan tepat sama untuk tiap-tiap wawancara. Melainkan, ada beberapa pertanyaan umum, dengan garis lintang yang pantas dipertimbangkan untuk mengejar suatu cakupan luas dari topik. Orang sedang diwawancarai dapat membentuk isi dari wawancara dengan memusatkan pada topik dari arti penting atau minat. Sesungguhnya, peneliti pada umumnya mendorong orang untuk berbicara secara detail tentang ruang lingkup minat. Di dalam wawancara yang mendalam secara khusus berlangsung satu jam atau lebih. Sering peneliti akan merekam wawancara dan mencatat untuk meneliti tema umum dari uraian tentang pengalaman.
D. Dokumen dan Artefak
Dokumen adalah arsip dari peristiwa masa lampau yang ditulis atau dicetak; mungkin catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen. Dokumen resmi meliputi dokumen internal, komunikasi untuk berbagai publik, siswa dan personil file, uraian program, dan data kelembagaan statistik. Di dalam teknik pengumpulan data interaktif, peneliti menemukan dokumen ini di lapangan atau seorang peserta menawarkan untuk berbagi arsip pribadi ini dengan peneliti. Dokumen boleh juga menyediakan informasi latar belakang di dalam suatu topik.
Dokumen adalah sumber data yang paling utama di dalam analisis konsep dan studi historis. Dokumen adalah pada umumnya dikatalogkan dan dipelihara di arsip, tempat penyimpanan koleksi naskah, atau perpustakaan. Koleksi ini tersebar di seluruh Amerika Serikat. Sebab koleksi-koleksi dokumen original, dokumen tidaklah diizinkan untuk dilepaskan dari arsip. Dokumen harus diletakkan oleh sejarawan, yang menggunakan indeks ke arsip, dan kemudian ijin harus diperoleh untuk bekerja bersama teks yang asli. Teknik kritik yang kaku diberlakukan bagi dokumen untuk memastikan keaslian. Dokumen lain mungkin koleksi pribadi disimpan oleh pribadi atau anggota keluarga; ini harus ditempatkan dan prosedur metodologis yang sama diterapkan.
Artifak adalah simbol dan objek bahan-bahan dari suatu peristiwa masa lampau atau sekarang, kelompok, orang, atau organisasi. Objek ini adalah kesatuan terukur yang mengungkapkan, proses sosial, maksud, dan nilai-nilai. Contoh dari simbol adalah logo dan maskot regu dan sekolah; beberapa contoh dari objek adalah ijazah, hadiah tanda peringatan, dan produk siswa seperti karya seni, dokumen, poster. Peneliti kualitatif lebih sedikit tertarik akan artifact dirinya sendiri dan lebih tertarik akan maksud yang ditugaskan pada artifact dan proses sosial yang memproduksi suatu artifact.
E. Teknik pengganti
Peneliti kualitatif mempekerjakan berbagai teknik pengganti untuk menyediakan penemuan yang terpercaya. Teknik pengganti adalah pendekatan terpilih ke bantuan menginterpretasikan, rumit, dari membenarkan data yang diperoleh dari observasi dan, wawancara yang mendalam, dokumen, artifak. Walaupun masing-masing dari teknik ini adalah suatu metode yang dengan sepenuhnya terpisah, mereka sering disatukan ke dalam riset kualitatif. Contoh dari teknik pengganti meliputi teknik visual, film Etnografi, dan penggunaan video, film, dan foto untuk menangkap kehidupan sehari-hari dari suatu kelompok yang ditelaah. Kinesik adalah studi dari pergerakan badan dan komunikasi nonverbal. Analisis dari penggunaan hubungan antar pribadi yang simbolis tentang ruang adalah proxemics. Suatu kelompok fokus adalah suatu interview kelompok dari delapan sampai lima belas individu yang terpilih yang berbagi karakteristik tertentu relevan untuk tujuan studi. Survei mungkin adalah suatu instrumen dibangun-peserta atau survei konfirmasi dari muncul penemuan peneliti.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kelemahan
1. Pengarang tidak rinci dalam membedakan antara teknik dengan metode. Pada awal tulisan ditulis teknik, sedangkan pada tulisan berikutnmya ditulis kata metode sehingga pengarang dinilai kurang konsisten.
2. Pengarang tidak mengklasifikasikan observasi secara rinci, pengarang hanya menyebutkan satu observasi yaitu observasi terstruktur.
3. Pengarang tidak menjelaskan secara terperinci mengenai rumus-rumus tentang validasi dan reabilitas dalam penelitian kuantitatif. Hal ini sangat diperlukan agar penelitian memiliki gambaran sebelum melakukan penelitian dan hasil penelitian lebih akurat.
2.2 Keuntungan
Pengarang secara umum menjelaskan tentang inkuiri kualitatif, teknik pengumpulan data kualitatif dan kauntitatif. i
2.3 Tanggapan
1. Model penelitian adalah cara yang digunakan secara umum dalam penelitian yang berhubungan dengan tujuan peneliti danobjek yang diteliti. teknik secara khusus oleh peneliti dalam mengumpulkan data atau mengolah data sehingga berhubungan langsung dengan operasional penelitiannya. Oleh karena itu, metode dan teknik berbeda dalam penerapannya. Perbedaan metode dengan teknik yaitu Metode bersifat rumusan tujuan dan objek penelitian sedangkan teknik merupakan cara atau alat yang digunakan dalam penelitian itu.
2. Menurut Sugiyono (2008: 310) observasi terdiri dari tiga macam yaitu:
a. Observasi partisipatif, yaitu peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
b. Observasi terus terang atau tersamar, yaitu peneliti dalam mengumpulkan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti tidak terus terang dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu saat data yang dicari merupakan data rahasia.
c. Observasi tidak terstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti apa yang akan ia teliti.
3. ETNOGRAFI
MENURUT:
James MC. Milan dan Sally Scumacher
Suatu uraian atau dari suatu kebudayaan atau kelompok sosial.
Prof. Syamsuddin dan Dr. Vismaia
Penelitian untuk menjelaskan dan menafsirkan budaya atau kelompok
sistem sosial.
Prof. Ezmir
Penelitian yang mengkaji kelompok kelompok kultural secara utuh
dalam latar alami lewat prode waktu yang panjang dalam
pengumpulan dan obsevasi data.
Prof. Lexi J. Moleong
Usaha untuk menguraikan kebudayaan dan aspek-aspek kebudayaan
4. FENOMENOLOGI
MENURUT:
James MC. Milan dan Sally Scumacher
Merupakan suatu filsafat ilmu pengetahuan dan suatu model inkuiri serta
menjelaskan arti pengalam hidup.
Prof. Syamsuddin dan Dr. Vismaia
Filasafat ilmu dan metode penelitian. Penelitian ini menjesalkan makna/
pengertian tentang pengalam hidup.
Prof. Emir
Penelitian yang mengidentifikasikan “esensi” dari pengalaman manusia
yang dipandang sebagai fenomena, sebagaima dideskripsikan oleh para
partisipan dalam suatu studi
Prof. Lexi J. Moleong
Suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang
Menurut para ahli pada teknik penelitian dalam penelitian ini adalah wawancara panjang
5. Grounded Theory ‘ Teori Mendasar’
Menurut:
James MC. Milan dan Sally Scumacher
Penelitian deskripsi dan menganalisis fenomena teori yang mendasar untuk mengembangkan konsep secara mendetail dalam membentuk gagasan teoretis yang diawali dengan data.
Prof. Syamsuddin dan Dr. Vismaia
Teori yang diperoleh secara deduktif dari penelitian tentang penomena yang dijelaskan, teori disusun, ditemukan, dan dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis serta melalui analisis data yang berkenaan dengan fenomena tersebut.
Prof. Emir
Penelitian untuk menghasilkan teori abstrak suatu proses, tindakan, atau interaksi secara umum yang berdasarkan pada pandangan para partisipan dalam suatu studi
Prof. Lexi J. Moleong
Pendekan kualitatif yang mulanya untuk mengembangkan teori tentang
minat terhadap fenomena.
6. STUDI KASUS
MENURUT:
James MC. Milan dan Sally Scumacher
Para peneliti masyarakat sebagai susunan yang sangat utama dengan kelas dan status, seperti ras, etnik, dan gender.
Prof. Syamsuddin dan Dr. Vismaia
Penelitian yang mendalam tentang aspek yangmendetail yang dapat
menggunakan banyak sumber data untuk menjelaskan sebuah variabel atau
hal yang diteliti.
Prof. Emir
Penelitian yang menelusuri secara mendalam program, kejadian, aktivitas,
proses, atau satu atau lebih individu, dan penelitian ini mengumpulkan
variasi prosedur pengumpulan data mealalui periode waktu yang cukup.
7. INKUIRI NON INTRAKTIF
MENURUT:
James MC. Milan dan Sally Scumacher
Merujuk pada penelitian analisis, menyelidiki konsep dan peristiwa historis
melalui suatu analisis dokumen (dokumen sumber utama data)
Prof. Syamsuddin dan Dr. Vismaia
Penelitian analisis, menyelidiki konsep, dan peristiwa historis melalui
analisis dokumen. Penelitian bisa mengidentifikasi, mempelajari, dan
selanjutnya mensintesis data untuk memberi pemahaman konsep atau
peristiwa lampau yang mungkin tidak bisa diobservasi secara langsung
8. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUALITATIF
James H. Mc Milan dan Sally Schumacher Prof. Syamsuddin AR dan Vismaia D Prof. Sugiono Prof. Moleyong
- Obsevasi partisipan
- Obsevasi bidang
- Wawancara mendalam
- Dokumen dan artipak
- Teknik tambahan - Observasi
- Tinjauan berbagai artifak dan dokumen
- Wawancara terbuka
- Obsevasi partisipan - Participant obsevasion
- In depth interview
- Dokumentasi
- Trigulasi - Pengumpulan dokumen
- Pengamatan bepeserta
- Wawancara tidak terstruktur dan informal
- Mencatat data dalam catatan lapangan secara intensif
- Menilai artefak
9. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUANTITATIF
James H. Mc Milan dan Sally Schumacher Prof. Syamsuddin AR dan Vismaia D Prof. Sugiono Prof. Emir
- Obsevasi terstruktur
- Wawancara terstruktur
- Tes tertulis
Kuisoner
- Pernyataan pilihan
- Eksperimen
- Penelitian survei wawancara terstruktur
- Kuasi eksperimen
- Himpunan data - Kuesioner
- Observasi
- Wawancar tersrtuktur
- Survai
- Eksperiment
DAFTAR PUSTAKA
Arikonto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan KUantitatif dan Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.
Mc Milan, J. dan Schumacher, S. (2001). Research in education. New York: Longman.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Surakman, W. (1994) Pengantar Penetian Ilmu Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung: Tarsito
Syamsuddin, A.R. dan Damaianti, V. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya.
METODE PENELITIN ETNOGRAFI
1. Pengertian Metode Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata ethno yang berarti bangsa dan grafhy yang artinya menguraikan. Jadi lazimnya etnografi bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya, baik yang bersifat material seperti artepak budaya (alat-alat, pakaian, bangunan, dan lain-lain) dan yang bersifat abstrak seperti pengalaman, norma, kepercayaan, system nilai kelompok dan bahasa yang diteliti. Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan peneliti untuk memahami cara-orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui phenomena teramati dalam kehidupan sehari-hari (Nason dalam Mulyana, 2002:161) sedangkan menurut Frey etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam spesifik alamiah.
Istilah etnografi seringkali digunakan untuk menunjukan dua hal yang sebenarnya berbeda, yakni metode penelitian dan laporan penelitian atau kajian. Dan menurut Manen, 1996 dalam Pawito, 2007:150-151) etnografi disebut juga dengan Particifant Observation yang dalam bahasa Indonesia observasi terlibat atau pengamatan berperan serta (Mulyana,2002:160). Ia lebih lanjut mengatakan pengamatan berperan serta yakni “pergi ke lapangan” yang jauh dari peradaban atau dari laboratorium. Tujuannya adalah untuk menelaah sebanyak mungkin proses sosial dan prilaku dalam suatu budaya, yakni dengan menguraikan setingnya dan menghasilkan gagasan-gagasan teoretis yang akan menjelaskan apa yanh dilihat dan didengar peneliti. Seperti halnyua Becker dalam Mulyana (2002:162) menyarankan bahwa pengamatan terlibat adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak berperan serta dalam kehidupan orang yang kita teliti. Seperti dalam kehidupan sehari-harinya, melihat apa yang mereka lakukan, kapan dengan siapa, dalai an sebagainya. Sedangkan menurut Denzin adalah strategi lapangan yang secara simultan memadukan analisi dokumen, wawancara dengan responden dan informan, partisifasi dan observasi langsung dan introspeksi.
Pendapat lain mengenai etnografi atau metode pengamatan terlibat seperti Jorgensen mengemukakan seperti cirri-ciri berikut;
v Minat khusu pada makna dan interaksi manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu.
v Fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari.
v Bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan pemahaman ekistensi manusia.
v Logika dan proses penelitian terbuka, luwes, oportunistik, dan menuntut redefenisi apa yang problematic, berdasarkan fakta yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia.
v Pendekatan dan rancangan yang mendalam, kualitatif dan studi kasus.
v Penerapan perasn partisipan yang emnuntut hubungan langsung dengan pribumi di lapangan.
v Penggunaan pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.
Sebagai metode kualitatif dan menyeluruh pengamatan terlibat lazim digunakan dalam meneliti masyarakat prim,itif, subkultur menyimpang, organisasi yang kompleks (seperti rumah sakit, sekolah, korporasi, serikat) pergerakan social, komunitas, gan kelompok informal. Walau demikian seorang etnografer tidak mengingkari tekknik penelitian kuantitatif seperti dalam sesus, dan prosedur statistic untuk menganalisis pola-pola atau menentukan siapa yang menjadi sampel penelitian. Juga menggunakan tes diagnostic, inventori kepribadian, dan alat pengukur lainnya.
2. Tipe-tipe Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi memiliki beberapa tipe yang diantaranya sebagai berikut:
a. Etnografi realis yaitu penulisan etnografi secara objektif dan ilmiah
b. Etnografi konvensional yaitu laporan pengalaman penulis selama pengumpulan data.
c. Riwayat hidup yaitu studi tentang seseorang dan kehidupannya dalam sutau konteks budaya
d. autoetnografi yaitu suatu refleksi diri seseorang dalam sutau konteks budaya.
e. Mikroetnografi yaitu studi yang terfokus pada aspek khusus suatu kelompok budaya dan pola budaya
f. Studi kasus etnografi yaitu analisis kasus seseorang, kejadian, aktivitas, atau proses dalam prespektif budaya.
g. Critical Ethnography (ethnografi kritis) yaitu studi tentang terhadap kelompok yang terpinggirkan disertai tujuan-tujuan hukum
h. Etnografi feminis yaitu studi tentang kewanitaan dan praktik-praktik budayanya yang cenderung meremehkan posisi perempuan
i. Etnografi postmodern yaitu etnografi yang membahas masalah-masalah di masyarakat modern
j. Etnografi fiksi yaitu tulisan fiksi tentang aspek-aspek kebudayaan sekelompok orang.
Dari sekian tipe penelitian etnografi yang ada, namun dalam laporan ini yang berhubungan dengan metode penelitian pendidikan atau kebahasaan akan dibahas tiga tipe saja yang antara lain etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
1. Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan suatu pendekatan popular yang digunakan oleh para antropologi budaya. Dalam praktiknya sebuah etnogrfai adalah mengenai hitungan yang objektif terhadap situasi, tipe penulisan menggunakan tiga person yang dilihat, wawancara yang objektif dari partisipan serta pelaporannya dari suatu lokasi. Dalam metode etnografi ini adalah
a. Etnografi realis memaparkan penelitiannya dengan menggunakan sudut pandang orang ke-3 dan melaporkan hasil pengamatan meraka terhadap para partisipan beserta pandangan para partisipan.
b. Peneliti melaporkan data dengan gaya pengukuran yang tidak terjangkit masalah pribadi, politik, dan hokum. Seorang etnografer boleh menggunakan maslah sehari-hari dalam kehidupan seseorang dan juga boleh mengunakan kategori standar dalam mendeskripsikan budaya. Seperti kehidupan keluarga, pekerjaan, hubungan social, dan system status.
c. Seorang etnografer memberbolehkan kepada pertisipan untuk melihat dari awal sampai akhir serta menginterpretasikan dan menyajikan budayanya.
2. Studi Kasus
Studi kasus merupakan jenis penelitian etnografi yang penting, meskipun dalam beberapa hal pentingnya studi kasus berbeda dari penelitian etnografi. Para peneliti studi kasus lebih memfokuskan diri kepada sebuah program, peristiwa, atau sebuah kegiatan yang melibatkan individu dibanding memfokuskan diri kepada kelompok itu sendiri. Kemudian Paton dalam pawito (2007:141) melihat bahwa studi kasus merupakan upaya mengumpulakan dan kemudian mengorganisasikan serta menganalisis data tentang kasus-kasus tertentu berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang menjadi perhatian peneliti untuk kemudian data-data tersebut dibandingkan atau dihubung-hubungkan satu dengan yang lainnya (dalam hal lebih dari satu kasus) dengan tetap berpegang pada prinsip holistik dan kontekstual. Di sini yang dianggap sebagai kasus mungkin adalah individu, keluarga, kelompok, organisasi, institusi, nilai atau corak budaya, atau bahkan wilayah.
Perihal studi kasus yang telah lama digunakan dalam bidang sosiologis atau antropologi, studi kasus juga dapat digunakan dalam masalah humaniora lainnya. Misalnya studi kasus digunakan untuk melacak nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai bentuk naskah cerita seperti novel, drama, cerpen. Dan juga dalam pelacakan terhadap teknik-teknik retorika yang dikembangkan oleh para elit kekuasaan atau tokoh-tokoh masyarakat, seperti dalam mencermati penggunaan bahasa, misalnya metafora, ironi, paradoks, anekdot, eufimisme.
Hal-hal penting dalam memahami studi kasus oleh para peneliti kualitatif:
a. Kasus dapat berupa individu tunggal, beberapa individu yang berasal dari kelompok yang berbeda atau kelompok yang sama, sebuah program, peristiwa atau kegiatan.
b. Kasus dapat digambarkan sebagai sebuah proses yang terdiri dari serangkaian tahapan.
c. Kasus intrinsik adalah kasus yang tak lazim namun sangat bermanfaat atau kasus sangat penting.
d. Kasus instrumental adalah penelitian kualitatif beropa sebuah persoalan yang spesifik dengan menggunakan sebuah kasus untuk mengilustrasikan persoalan.
e. Studi kasus kolektif adalah studi kasus yang melibatkan beberapa kasus, di mana beberapa kasus digambarkan kemudian dibandingkan guna mendapatkan pemahaman mengenai sebuah persoalan.
f. Para peneliti berupaya untuk mengembangkan sebuah pemahaman yang mendalam terhadap kasus yang ditelitinya dengan mengumpulkan data dengan berbagai bentuk seperti gambar, kumpulan kliping rekaman video, dan pos-el.
g. Para peneliti juga menempatkan “kasus” ataupun “kasus-kasus” ke dalam konteks ke dalam konteks dengan cakupan yang luas, seperti secara geografis, politis, sosial atau ekonomi.
Terakhir, pada hakikatnya studi kasus merupakan penelitian kualitatif, maka biasanya peneliti tidak bermaksud untk membuat preposisi-preposisi yang berlaku umum. Kemudian pembandingan yang mencoba mengetahui persamaan dan perbedaan yang ada di antara kasus-kasus yang diteliti dan menghubung-hubungkan satu dengan yang lainnya. Adapun prosedur penelitiannya sebagai berikut:
- Menentukan topik penelitian
- Mengidentifikasi unit analisis (individu, kelompok, organisasi, atau yang lainnya)
- Melakukan studi literatur
- Merancang pedoman wawancara
- Melakukan pengumpulan data dan pengamatan
- Membandingkan kasus-kasus
- Menyusun draf awal
- Menyusun draf final laporan.
3. Etnografi kristis
1. Tema budaya
Para etnografer (ahli etnografi) biasanya mempelajari tema-tema kebudayaan dari ilmu antropologi, mereka tidak berspekulasi terhadap apa yang mereka lihat. Mereka lebih tertarik untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kebudayaan dan mempelajari tema-tema budaya yang lebih spesifik. Tema budaya dalam etnografi adalah suatu posisi umum yang dikukuhkan atau terimplikasi, disepakati dan ditingkatkan dalam sutau kelompok masyarakat.
Apa saja yang menjadi tema-tema kebudayaan? Kita menemukannya dalam teks-teks pengantar antropologi kebudayaan. Walcott (1999) menjelaskan tentang teks-teks pengantar yang menjabarkan tema-tema dalam antropologi kebudayaan. Begitu juga dengan Kessing (1958), Haviland (1993), atau Howard (1996). Tema-tema kebudayaan juga bisa ditemukan dalam kamus konsep tentang antropologi budaya, seperti winstrop’s (1991).
Berikut ini beberapa contoh tema budaya yang dipublikasikan oleh beberapa penulis:
- Ketekunan di tempat pendidikan yang jauh (Gerland, 1993)
- Tahapan terbaru tentang perkembangan identitas gay (Gay identity development), Richard, 1997
- Perkembangan kemampuan bersosialisasi para siswa (student social skill) in Japan (Le Tender, 1999)
- Pembudayaan program masa kanak-kanak sejak dini
2. Kelompok berbagi Budaya (Culture Sharing Group)
Culture Sharing group dalam etnografi adalah dua atau lebih individu yang berbagi kebiasaan, sikap, kepercayaan, dan bahasa.
Contoh Kelompok berbagi budaya (culture sharing group) dalam etnografi:
- 47 siswa yang juga tergabung dalam kelas manajemen lingkungan dan Sumber Daya Alam (Gauland, 1993)
- 16 guru pendidikan dasar (Goodman dan Adler, 1985)
- 40 mahasiswa yang tergabung dalam organisasi biseksual atau gay (Rhoads,1997)
Kelompok-kelompok tersebut di atas memiliki ciri-ciri tertentu (seperti dalam tabel di bawah ini) Suatu kelompok bisa bervariasi dalam ukuran, tetapi individu-individu dalam kelompok tersebut harus terus bertemu secara rutin dan berinteraksi pada kurun waktu tertentu (mis: lebih dari 2 minggu s.d. 4 bulan) untuk mengembangkan berbagi kebiasaan, pemikiran dan pembicaraan. Group atau kelompok tersebut biasanya mewakili kelompok yang lebih besar, misalnya sebuah kelompok membaca di kelas tiga.
Seringkali para ethnografer mempelajariatau meneliti sutau kelompok yang masih asing bagi mereka, sehingga mereka mampu menilai kelompok tersebut dengan cara “segar” dan berbeda, dan kelompok tersebut menjadi tampak berbeda dan unik.
Seseorang kadang membuat kesalahan dengan menganalogikan suatu kelompok budaya (cultural group) dengan kelompok etnis. Kelompom etnis merupakan individu-individu yang memiliki identitas sendiri dalam lingkup sosial politik dan mendapatkan pengakuan identitas tersebut dari publik, seperti Hispanics, Asian Pasific Islanders, dan Arab American (LeCompte & Schesul, 1999). Penggunaan ciri-ciri etnis ini menimbulkan maslah dalam etnografi, karena ciri tersebut belum tentu dipakai oleh individu-individu itu sendiri.
Contoh Study Tentang Culture Sharing Group di kelas III pendidikan dasar
Karakteristik Culture Sharing Group | Contoh |
a. Kelompok terdiri dari dua atau lebih individu, baik kecil maupun besar | § Kelompok kecil: dua orang pembaca di dalam kelas § Keompok besar: enam sampai sepuluh orang pembaca di dalam kelas |
b. Kelompok berinteraksi secara rutin | § Tiga kali dalam seminggu kelompok saling bertemu untuk berdiskusi |
c. Kelompok telah berinteraksi beberapa kali pada suatu waktu tertentu | § Sejak awal september kelompok membaca telah bertemu sebanyak tiga kali dalam tiga periode |
d. Kelompok mewakili beberapa kelompok yang lebih besar | § Kelompok kecil membaca mewakili para pembaca di kelas III |
e. Kelompok telah mengadopsi beberapa pola berbagi kebiasaan, pemikiran dan pembicaraan. | § Kelompok memiliki ritual khusus ketika mereka memulai membaca seperti: duduk di lantai, membuka buku,/ halaman yang sudah ditandai, dan menunggu untuk berbicara sampai guru mereka memanggil untuk menjawab pertanyaan |
3. Pola Berbagi Kebiasaan, Kepercayaan, dan Bahasa
Para peneliti etnogarfi mencari pola berbagi kebiasaan, kepercayaan dan bahasa yang diadopsi oleh suatu kelompok berbagi budaya (culture sharing group) dalam kurun waktu tertentu. Pola berbagai dalam etnografi merupakan interaksi sosial yang biasa dilakukan yang kemudian dikukuhkan sebagai peraturan dan ekspestasi yang tak diucapkan dalam kelompok tersebut (Spindler 2 spindler, 1992). Kelompok tersebut berbagi salah satu atau kombinasi dari kebiasaan, kepercayaan dan bahasa.
a. Kebiasaan dalam etnografi adalah suatu tindakan (aksi) seseorang dalam suatu konteks kebudayaan
b. Kepercayan dalam etnografi adalah bagaimana seseorang berfikir atau merasakan sesuatu dalam suatu konteks kebudayaan.
c. Language, bahasa dalam etnografi etnografi adalah bagaimana seseorang berbicara kepada yang lainnya menurut kebudayaan masing-masing.
Pola berbagi ini menimbulkan beberapa pertanyaan yang harus diperhatikan oleh para etnografer; berapa lama sutau kelompok harus bersama-sama dan berbagi?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu diujikan beberapa penelitian. Semakin lama sutau kelompok bersama-sama, maka individu–individu dalam kelompok tersebut akan semakin banyak mengadopsi kebiasaan-kebiasaan dan jalan pikiran, dan hal ini pula yang akan mempermudah para etnografer atau peneliti untuk dapat melihat lebih dalam pola berbagi yang terjadi. Meski begitu, teknik penilaian harus tersedia untuk mengumpulkan data dengan cepat bagi kelompok yang berkumpul atau bersama-sama dalam waktu yang pendek (le compte & Schensul, 1999).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apakah pola-pola yang muncul sudah ideal. Aktal. Dan bisa diteliti. Ketiga pola tersebut diperoleh dari keseluruhan data, misalnya, seorang etnografer mengunjungi suatu kelas tingkat III untuk mengobsevasi kelompok membaca dan melihat pola apa yang muncul (aktual), mewawancarai guru untuk mengidentifikasi apa yang telah dan masih muncul (projective), dan berkonsultasi dengan koordinator kurikulum untuk mengetahui apa yang seharusnya muncul (ideal).
4. Penelitian Lapangan (Fieldwork)
Para etnografer mengumpulkan data dengan cara menghabiskan waktu di tempat para partisipan tinggal, bekerja, dan bermain. Untuk memahami dengan betul pola budaya kelompok mereka, seorang menghabiskan waktu yang memadai dengan kelompok tersebut. Pola-pola yang muncul tersebut dapat dilihat dengan mudah hanya melalui kuestioner atau pertemuan yang singkat. Oleh karenanya sang peneliti (etnografer) terjun langsung ke lapangan, tinggal bersama, atau berkunjung secara rutin terhadap orang –orang yang akan diteliti, dan perlahan mempelajari budaya mereka dan bagimana mereka bertindak dan berfikir.
Data yang terkumpul meliputi:
§ Data emik, adalah informasi yang diperoleh dari para partisipan selama penelitian
§ Data etik, adalah informasi berupa interpretasi si etnografer terhadap pemahaman dan sudut pandang para partisipan
§ Data negosiasi, adalah informasi yang disetujui oleh keduabelah pihak (peneliti dan partisipan)
Selama pengumpulan data, seorang etnografer menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Tabel di bawah ini yang diambil dari leCompte dan Schensul (1999) dan Walcot (1999) mengetengahkan beberapa bentuk kualitatif dan kuantitatif pengumpulan data. Observasi dan wawancara spontan merupakan sebagian teknik yang cukup populer. Berikut ini contoh tingkatan pengumpulam data dalam suatu penelitian tunggal tentang kehidupan persaudaraan (Rhoads, 1995)
Bentuk Populer Pengumpulan data dalam Etnografi |
· Percakapan santai · Sejarah hidup · Wawancara terhadap seorang informan · Wawancara semi terstruktur · Wawancara terstruktur · Survei · Sensus keluarga · Kuestioner · Teknik-teknik Proyektif · Observasi · Tes · Analisis isi terhadap teks pendukung dan bahan visual · Wawancara kelompok · Teknik pemerolehan (dari buku atau sejarah) · Bahan Audiovidual · Mambuat peta ruang · Analisis jaringan (network) |
3. Langkah-langkah Penlitian Etnografi
1. Menentukan maksud dan bentuk penelitian, serta menghubungkannya dengan masalah penelitian
2. Menentukan persetujuan dan mengakses berbagai pertimbangan
3. menggunakan prosedur pengumpulan data yang tepat
4. menganalisis dan menginterpretasi data
membuat laporan peneltian
Tahapan atau rangkaian pengembangan penelitian
12. Menuliskan Etnografi
11. Menentukan tema budaya
10. Membuat komponen-komponen analisis
9. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan
yang menonjol
8. Membuat analisis taksonomi
7. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan
yang struktural
6 6. Membuat analisis suatu wilayah
atau bidang tertentu
5. Menganalisis wawancara ethnografis
4. Menanyakan pertanyaan deskriptif
3. Membuat catatan etnografis
2. Mewawancarai seorang informan
1. Mencari lokasi seorang informan
Tahapan diawali dengan fokus yang lebih luas, kemudian tahapan ke-7 mulai ke fokus yang lebih sempit untuk investigasi yang lebih intensif terhadap beberapa wilayah yang telah dipilih. Garis putus-putus mengetengahkan bahwa fokus ini bisa berubah, fokus yang sempit dan luas dapat muncul bersamaan, tetapi dengan penekanan yang lebih pada satu atau tahapan lain dalam penelitian. Sumber: dari The Ethnograpic interview Edisi pertama oleh James. P. Spielberg. Copyright 1997.
Prosedur dalam etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
Prosedur/ Tahapan | Etnografi Realis | Studi Kasus | Etnografi Kritis |
1.Identifikasi maksud, tentukan bentuk penelitian yang tepat, dan bagaimana maksud penelitian kita berhubungan dengan masalah penelitian 2. Diskusikan bahwa kita akan mendapat suatu persetujuan dan akses terhadap tempat penelitian dan partisipan 3.Kumpulkan data dengan memberikan penekanan pada waktu di lapangan, infromasi dari berbagai sumber dan kolaborasi 4. Analisis dan menginterpretasi data dalam penelitian 5. Tulis dan laporkan penelitian sesuai dengan bentuk penelitian | · Masalah berhubungan dengan sebuah culture sharing group dan bagaimana masalah tersebut muncul · Masalah menuntut gambaran yang detil tentang kehidupan sehari-hari orang-orang yang diteliti · Masalah berhubungan dengan pemahaman sebuah tema budaya · Identifikasilah tema budaya yang kita pilih atau kita teliti · Mendapatkan persetujuan/pengesahan dari institusi terkait · Tentukan tempat/wilayah penelitian dengan menggunakan prosedur maksud dan sampel · Mengidentifikasi ”penjaga pintu” untuk mendapatkan akses masuk · Jaminan persediaan/perbekalan untuk menghargai wilayah penelitian · Menghabiskan waktu yang sangat efektif di tempat atau wilayah penelitian bersama-sama dengan “Culture Sharing Group” yang akan diteliti · Memasuki wilayah penelitian dengan perlahan-lahan dan membangun · Merencanakan tindak lanjut terhadap data yang telah tersedia · Melakukan obsevasi dan mencatat atau merekam data di lapangan · Membaca data untuk mengembangklan pemahaman yang menyeluruh dari data tersebut · Mengembangkan gambaran detil tentang latar kebudayaan untuk membangun sebuah konteks dari kelompok yang sedang diteliti · Mengembangkan tema tentang ”culture sharing group” · Membuat interpretasi dari tema budaya yang sedang diteliti · Laporakan penelitian sebagai studi yang memiliki tujuan · Sebagai seorang peneliti, sertakan latar belakang penulisan laporan tersebut · Hindari prasangka pribadi · Mengidentifikasi bagaimana eksplorasi kita tentang tema budaya meningkatkan ilmu pengetahuan | · Masalah berhubungan dengan pengembangan lebih dalam terhadap suatu pemahaman tentang sebuah kasus atau sistem terkait (bounded system) · Masalah berhubungan dengan pemahaman suatu peristiwa, aktivitas, proses atau satu individu atau lebih individu · Mengidentifikasi bentuk ”kasus” apakah intrinsic instrumental atau collective · Mendapatkan persetujuan dari institusi terkait · Tentukan tempat atau wilayah penelitian dengan menggunakan prosedur maksud dan sampel · Mengidentifikasi berapa banyak kasus yang akan diteliti · Mengidentifikasi penjaga pintu untuk mendapatkan akses masuk · Jaminan persediaan/pembekalan untuk menghargai wilayah penelitian · Mengumpulkan data secara ekstensif dengan mengggunakan berbagai bentuk pengumpulan data, seperti observasi, wawancara, dokumen, dan audiovisual · Membaca data untuk mengembangkakn pemahaman yang menyeluruh dari kata tersebut · Menggambarkan kasus dengan detil dan membangun sebuah konteks · Mengembangkan isu-isu atau tema tentang kasus yang sedang diteliti · Jika kasus yang diteliti lebih dari satu pertimbangkan analisis terhadap satu kasus yang diikuti oleh analisis kasus bersilangan · Laporkan penelitian gambaran kasus, analisis, dan interpretasi dengan berbeda atau sama · Memilih laporan dalam bentuk objektif atau subjektif · Menyertakan prasangka awal · Menyamaratakan terhadap kasus-kasus lain. | · Masalah behubungan dengan suatu keharusan untuk menyoroti suatu masalah dalam masyarakat sekolah · Masalah membutuhkan sutau tindakan dan proses hukum · Mengidentifikasi isu-isu kritis yang akan kita eksplor · Mendapatkan persetujuan/pengesahan dari institusi terkait · Tentukan tempat atau wilayah penelitian dengan menggunakan prosedur maksud dan sampel · Mengidentifikasi penjaga pintu untuk mendapatkan akses masuk · Jaminan persediaan atau perbekalan untuk menghargai wilaah penelitian · Berkolaborasi dengan para partisipan dan secara aktif melibatkan mereka dalam pengumpulam data · Mengumpulkan berbagai bentuk data yang diperoleh dari setiap individu · Membaca data untuk mengembangkan pemahaman yang menyeluruh dari data tersebut · Mengembangkan gambaran detil tentang latar kebudayaan untuk membangun sebuah konteks dari kelompok yang sedang diteliti · Mengembangkan tema yang berhubungan dengan isu-isu kritis yang sedang dipelajari dalam ethnografi · Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang muncul menganjurkan perubahan yang spesifik dan mengembangkan rencana untuk perubahan. · Laporkan penelitian sebagai suatu ”panggilan” untuk sebuah tindakan terhadap isu kritis yang diteliti · Menyertakan suatu rencana khusus tindakan untuk suatu perubahan berdasarkan penemuan-penemuan kita · Menjelaskan bagaimana kita sudah berubah (reflektip) |
Daftar Pustaka
Creswell, Jhon W. 2008 Edicational Research (Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative. Amerika: Pearson merril Prentice Hall.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya.Jakarta: Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Mulyana, dedi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.