Kamis, 13 November 2008

METODE PENELITIN ETNOGRAFI

1. Pengertian Metode Etnografi

Istilah etnografi berasal dari kata ethno yang berarti bangsa dan grafhy yang artinya menguraikan. Jadi lazimnya etnografi bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya, baik yang bersifat material seperti artepak budaya (alat-alat, pakaian, bangunan, dan lain-lain) dan yang bersifat abstrak seperti pengalaman, norma, kepercayaan, system nilai kelompok dan bahasa yang diteliti. Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan peneliti untuk memahami cara-orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui phenomena teramati dalam kehidupan sehari-hari (Nason dalam Mulyana, 2002:161) sedangkan menurut Frey etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam spesifik alamiah.

Istilah etnografi seringkali digunakan untuk menunjukan dua hal yang sebenarnya berbeda, yakni metode penelitian dan laporan penelitian atau kajian. Dan menurut Manen, 1996 dalam Pawito, 2007:150-151) etnografi disebut juga dengan Particifant Observation yang dalam bahasa Indonesia observasi terlibat atau pengamatan berperan serta (Mulyana,2002:160). Ia lebih lanjut mengatakan pengamatan berperan serta yakni “pergi ke lapangan” yang jauh dari peradaban atau dari laboratorium. Tujuannya adalah untuk menelaah sebanyak mungkin proses sosial dan prilaku dalam suatu budaya, yakni dengan menguraikan setingnya dan menghasilkan gagasan-gagasan teoretis yang akan menjelaskan apa yanh dilihat dan didengar peneliti. Seperti halnyua Becker dalam Mulyana (2002:162) menyarankan bahwa pengamatan terlibat adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak berperan serta dalam kehidupan orang yang kita teliti. Seperti dalam kehidupan sehari-harinya, melihat apa yang mereka lakukan, kapan dengan siapa, dalai an sebagainya. Sedangkan menurut Denzin adalah strategi lapangan yang secara simultan memadukan analisi dokumen, wawancara dengan responden dan informan, partisifasi dan observasi langsung dan introspeksi.

Pendapat lain mengenai etnografi atau metode pengamatan terlibat seperti Jorgensen mengemukakan seperti cirri-ciri berikut;

v Minat khusu pada makna dan interaksi manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu.

v Fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari.

v Bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan pemahaman ekistensi manusia.

v Logika dan proses penelitian terbuka, luwes, oportunistik, dan menuntut redefenisi apa yang problematic, berdasarkan fakta yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia.

v Pendekatan dan rancangan yang mendalam, kualitatif dan studi kasus.

v Penerapan perasn partisipan yang emnuntut hubungan langsung dengan pribumi di lapangan.

v Penggunaan pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.

Sebagai metode kualitatif dan menyeluruh pengamatan terlibat lazim digunakan dalam meneliti masyarakat prim,itif, subkultur menyimpang, organisasi yang kompleks (seperti rumah sakit, sekolah, korporasi, serikat) pergerakan social, komunitas, gan kelompok informal. Walau demikian seorang etnografer tidak mengingkari tekknik penelitian kuantitatif seperti dalam sesus, dan prosedur statistic untuk menganalisis pola-pola atau menentukan siapa yang menjadi sampel penelitian. Juga menggunakan tes diagnostic, inventori kepribadian, dan alat pengukur lainnya.

2. Tipe-tipe Penelitian Etnografi

Penelitian etnografi memiliki beberapa tipe yang diantaranya sebagai berikut:

a. Etnografi realis yaitu penulisan etnografi secara objektif dan ilmiah

b. Etnografi konvensional yaitu laporan pengalaman penulis selama pengumpulan data.

c. Riwayat hidup yaitu studi tentang seseorang dan kehidupannya dalam sutau konteks budaya

d. autoetnografi yaitu suatu refleksi diri seseorang dalam sutau konteks budaya.

e. Mikroetnografi yaitu studi yang terfokus pada aspek khusus suatu kelompok budaya dan pola budaya

f. Studi kasus etnografi yaitu analisis kasus seseorang, kejadian, aktivitas, atau proses dalam prespektif budaya.

g. Critical Ethnography (ethnografi kritis) yaitu studi tentang terhadap kelompok yang terpinggirkan disertai tujuan-tujuan hukum

h. Etnografi feminis yaitu studi tentang kewanitaan dan praktik-praktik budayanya yang cenderung meremehkan posisi perempuan

i. Etnografi postmodern yaitu etnografi yang membahas masalah-masalah di masyarakat modern

j. Etnografi fiksi yaitu tulisan fiksi tentang aspek-aspek kebudayaan sekelompok orang.

Dari sekian tipe penelitian etnografi yang ada, namun dalam laporan ini yang berhubungan dengan metode penelitian pendidikan atau kebahasaan akan dibahas tiga tipe saja yang antara lain etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.

1. Etnografi Realis

Etnografi realis merupakan suatu pendekatan popular yang digunakan oleh para antropologi budaya. Dalam praktiknya sebuah etnogrfai adalah mengenai hitungan yang objektif terhadap situasi, tipe penulisan menggunakan tiga person yang dilihat, wawancara yang objektif dari partisipan serta pelaporannya dari suatu lokasi. Dalam metode etnografi ini adalah

a. Etnografi realis memaparkan penelitiannya dengan menggunakan sudut pandang orang ke-3 dan melaporkan hasil pengamatan meraka terhadap para partisipan beserta pandangan para partisipan.

b. Peneliti melaporkan data dengan gaya pengukuran yang tidak terjangkit masalah pribadi, politik, dan hokum. Seorang etnografer boleh menggunakan maslah sehari-hari dalam kehidupan seseorang dan juga boleh mengunakan kategori standar dalam mendeskripsikan budaya. Seperti kehidupan keluarga, pekerjaan, hubungan social, dan system status.

c. Seorang etnografer memberbolehkan kepada pertisipan untuk melihat dari awal sampai akhir serta menginterpretasikan dan menyajikan budayanya.

2. Studi Kasus

Studi kasus merupakan jenis penelitian etnografi yang penting, meskipun dalam beberapa hal pentingnya studi kasus berbeda dari penelitian etnografi. Para peneliti studi kasus lebih memfokuskan diri kepada sebuah program, peristiwa, atau sebuah kegiatan yang melibatkan individu dibanding memfokuskan diri kepada kelompok itu sendiri. Kemudian Paton dalam pawito (2007:141) melihat bahwa studi kasus merupakan upaya mengumpulakan dan kemudian mengorganisasikan serta menganalisis data tentang kasus-kasus tertentu berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang menjadi perhatian peneliti untuk kemudian data-data tersebut dibandingkan atau dihubung-hubungkan satu dengan yang lainnya (dalam hal lebih dari satu kasus) dengan tetap berpegang pada prinsip holistik dan kontekstual. Di sini yang dianggap sebagai kasus mungkin adalah individu, keluarga, kelompok, organisasi, institusi, nilai atau corak budaya, atau bahkan wilayah.

Perihal studi kasus yang telah lama digunakan dalam bidang sosiologis atau antropologi, studi kasus juga dapat digunakan dalam masalah humaniora lainnya. Misalnya studi kasus digunakan untuk melacak nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai bentuk naskah cerita seperti novel, drama, cerpen. Dan juga dalam pelacakan terhadap teknik-teknik retorika yang dikembangkan oleh para elit kekuasaan atau tokoh-tokoh masyarakat, seperti dalam mencermati penggunaan bahasa, misalnya metafora, ironi, paradoks, anekdot, eufimisme.

Hal-hal penting dalam memahami studi kasus oleh para peneliti kualitatif:

a. Kasus dapat berupa individu tunggal, beberapa individu yang berasal dari kelompok yang berbeda atau kelompok yang sama, sebuah program, peristiwa atau kegiatan.

b. Kasus dapat digambarkan sebagai sebuah proses yang terdiri dari serangkaian tahapan.

c. Kasus intrinsik adalah kasus yang tak lazim namun sangat bermanfaat atau kasus sangat penting.

d. Kasus instrumental adalah penelitian kualitatif beropa sebuah persoalan yang spesifik dengan menggunakan sebuah kasus untuk mengilustrasikan persoalan.

e. Studi kasus kolektif adalah studi kasus yang melibatkan beberapa kasus, di mana beberapa kasus digambarkan kemudian dibandingkan guna mendapatkan pemahaman mengenai sebuah persoalan.

f. Para peneliti berupaya untuk mengembangkan sebuah pemahaman yang mendalam terhadap kasus yang ditelitinya dengan mengumpulkan data dengan berbagai bentuk seperti gambar, kumpulan kliping rekaman video, dan pos-el.

g. Para peneliti juga menempatkan “kasus” ataupun “kasus-kasus” ke dalam konteks ke dalam konteks dengan cakupan yang luas, seperti secara geografis, politis, sosial atau ekonomi.

Terakhir, pada hakikatnya studi kasus merupakan penelitian kualitatif, maka biasanya peneliti tidak bermaksud untk membuat preposisi-preposisi yang berlaku umum. Kemudian pembandingan yang mencoba mengetahui persamaan dan perbedaan yang ada di antara kasus-kasus yang diteliti dan menghubung-hubungkan satu dengan yang lainnya. Adapun prosedur penelitiannya sebagai berikut:

- Menentukan topik penelitian

- Mengidentifikasi unit analisis (individu, kelompok, organisasi, atau yang lainnya)

- Melakukan studi literatur

- Merancang pedoman wawancara

- Melakukan pengumpulan data dan pengamatan

- Membandingkan kasus-kasus

- Menyusun draf awal

- Menyusun draf final laporan.

3. Etnografi kristis

1. Tema budaya

Para etnografer (ahli etnografi) biasanya mempelajari tema-tema kebudayaan dari ilmu antropologi, mereka tidak berspekulasi terhadap apa yang mereka lihat. Mereka lebih tertarik untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kebudayaan dan mempelajari tema-tema budaya yang lebih spesifik. Tema budaya dalam etnografi adalah suatu posisi umum yang dikukuhkan atau terimplikasi, disepakati dan ditingkatkan dalam sutau kelompok masyarakat.

Apa saja yang menjadi tema-tema kebudayaan? Kita menemukannya dalam teks-teks pengantar antropologi kebudayaan. Walcott (1999) menjelaskan tentang teks-teks pengantar yang menjabarkan tema-tema dalam antropologi kebudayaan. Begitu juga dengan Kessing (1958), Haviland (1993), atau Howard (1996). Tema-tema kebudayaan juga bisa ditemukan dalam kamus konsep tentang antropologi budaya, seperti winstrop’s (1991).

Berikut ini beberapa contoh tema budaya yang dipublikasikan oleh beberapa penulis:

  1. Ketekunan di tempat pendidikan yang jauh (Gerland, 1993)
  2. Tahapan terbaru tentang perkembangan identitas gay (Gay identity development), Richard, 1997
  3. Perkembangan kemampuan bersosialisasi para siswa (student social skill) in Japan (Le Tender, 1999)
  4. Pembudayaan program masa kanak-kanak sejak dini

2. Kelompok berbagi Budaya (Culture Sharing Group)

Culture Sharing group dalam etnografi adalah dua atau lebih individu yang berbagi kebiasaan, sikap, kepercayaan, dan bahasa.

Contoh Kelompok berbagi budaya (culture sharing group) dalam etnografi:

  1. 47 siswa yang juga tergabung dalam kelas manajemen lingkungan dan Sumber Daya Alam (Gauland, 1993)
  2. 16 guru pendidikan dasar (Goodman dan Adler, 1985)
  3. 40 mahasiswa yang tergabung dalam organisasi biseksual atau gay (Rhoads,1997)

Kelompok-kelompok tersebut di atas memiliki ciri-ciri tertentu (seperti dalam tabel di bawah ini) Suatu kelompok bisa bervariasi dalam ukuran, tetapi individu-individu dalam kelompok tersebut harus terus bertemu secara rutin dan berinteraksi pada kurun waktu tertentu (mis: lebih dari 2 minggu s.d. 4 bulan) untuk mengembangkan berbagi kebiasaan, pemikiran dan pembicaraan. Group atau kelompok tersebut biasanya mewakili kelompok yang lebih besar, misalnya sebuah kelompok membaca di kelas tiga.

Seringkali para ethnografer mempelajariatau meneliti sutau kelompok yang masih asing bagi mereka, sehingga mereka mampu menilai kelompok tersebut dengan cara “segar” dan berbeda, dan kelompok tersebut menjadi tampak berbeda dan unik.

Seseorang kadang membuat kesalahan dengan menganalogikan suatu kelompok budaya (cultural group) dengan kelompok etnis. Kelompom etnis merupakan individu-individu yang memiliki identitas sendiri dalam lingkup sosial politik dan mendapatkan pengakuan identitas tersebut dari publik, seperti Hispanics, Asian Pasific Islanders, dan Arab American (LeCompte & Schesul, 1999). Penggunaan ciri-ciri etnis ini menimbulkan maslah dalam etnografi, karena ciri tersebut belum tentu dipakai oleh individu-individu itu sendiri.

Contoh Study Tentang Culture Sharing Group di kelas III pendidikan dasar

Karakteristik Culture Sharing Group

Contoh

a. Kelompok terdiri dari dua atau lebih individu, baik kecil maupun besar

§ Kelompok kecil: dua orang pembaca di dalam kelas

§ Keompok besar: enam sampai sepuluh orang pembaca di dalam kelas

b. Kelompok berinteraksi secara rutin

§ Tiga kali dalam seminggu kelompok saling bertemu untuk berdiskusi

c. Kelompok telah berinteraksi beberapa kali pada suatu waktu tertentu

§ Sejak awal september kelompok membaca telah bertemu sebanyak tiga kali dalam tiga periode

d. Kelompok mewakili beberapa kelompok yang lebih besar

§ Kelompok kecil membaca mewakili para pembaca di kelas III

e. Kelompok telah mengadopsi beberapa pola berbagi kebiasaan, pemikiran dan pembicaraan.

§ Kelompok memiliki ritual khusus ketika mereka memulai membaca seperti: duduk di lantai, membuka buku,/ halaman yang sudah ditandai, dan menunggu untuk berbicara sampai guru mereka memanggil untuk menjawab pertanyaan

3. Pola Berbagi Kebiasaan, Kepercayaan, dan Bahasa

Para peneliti etnogarfi mencari pola berbagi kebiasaan, kepercayaan dan bahasa yang diadopsi oleh suatu kelompok berbagi budaya (culture sharing group) dalam kurun waktu tertentu. Pola berbagai dalam etnografi merupakan interaksi sosial yang biasa dilakukan yang kemudian dikukuhkan sebagai peraturan dan ekspestasi yang tak diucapkan dalam kelompok tersebut (Spindler 2 spindler, 1992). Kelompok tersebut berbagi salah satu atau kombinasi dari kebiasaan, kepercayaan dan bahasa.

a. Kebiasaan dalam etnografi adalah suatu tindakan (aksi) seseorang dalam suatu konteks kebudayaan

b. Kepercayan dalam etnografi adalah bagaimana seseorang berfikir atau merasakan sesuatu dalam suatu konteks kebudayaan.

c. Language, bahasa dalam etnografi etnografi adalah bagaimana seseorang berbicara kepada yang lainnya menurut kebudayaan masing-masing.

Pola berbagi ini menimbulkan beberapa pertanyaan yang harus diperhatikan oleh para etnografer; berapa lama sutau kelompok harus bersama-sama dan berbagi?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu diujikan beberapa penelitian. Semakin lama sutau kelompok bersama-sama, maka individu–individu dalam kelompok tersebut akan semakin banyak mengadopsi kebiasaan-kebiasaan dan jalan pikiran, dan hal ini pula yang akan mempermudah para etnografer atau peneliti untuk dapat melihat lebih dalam pola berbagi yang terjadi. Meski begitu, teknik penilaian harus tersedia untuk mengumpulkan data dengan cepat bagi kelompok yang berkumpul atau bersama-sama dalam waktu yang pendek (le compte & Schensul, 1999).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apakah pola-pola yang muncul sudah ideal. Aktal. Dan bisa diteliti. Ketiga pola tersebut diperoleh dari keseluruhan data, misalnya, seorang etnografer mengunjungi suatu kelas tingkat III untuk mengobsevasi kelompok membaca dan melihat pola apa yang muncul (aktual), mewawancarai guru untuk mengidentifikasi apa yang telah dan masih muncul (projective), dan berkonsultasi dengan koordinator kurikulum untuk mengetahui apa yang seharusnya muncul (ideal).

4. Penelitian Lapangan (Fieldwork)

Para etnografer mengumpulkan data dengan cara menghabiskan waktu di tempat para partisipan tinggal, bekerja, dan bermain. Untuk memahami dengan betul pola budaya kelompok mereka, seorang menghabiskan waktu yang memadai dengan kelompok tersebut. Pola-pola yang muncul tersebut dapat dilihat dengan mudah hanya melalui kuestioner atau pertemuan yang singkat. Oleh karenanya sang peneliti (etnografer) terjun langsung ke lapangan, tinggal bersama, atau berkunjung secara rutin terhadap orang –orang yang akan diteliti, dan perlahan mempelajari budaya mereka dan bagimana mereka bertindak dan berfikir.

Data yang terkumpul meliputi:

§ Data emik, adalah informasi yang diperoleh dari para partisipan selama penelitian

§ Data etik, adalah informasi berupa interpretasi si etnografer terhadap pemahaman dan sudut pandang para partisipan

§ Data negosiasi, adalah informasi yang disetujui oleh keduabelah pihak (peneliti dan partisipan)

Selama pengumpulan data, seorang etnografer menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Tabel di bawah ini yang diambil dari leCompte dan Schensul (1999) dan Walcot (1999) mengetengahkan beberapa bentuk kualitatif dan kuantitatif pengumpulan data. Observasi dan wawancara spontan merupakan sebagian teknik yang cukup populer. Berikut ini contoh tingkatan pengumpulam data dalam suatu penelitian tunggal tentang kehidupan persaudaraan (Rhoads, 1995)

Bentuk Populer Pengumpulan data dalam Etnografi

· Percakapan santai

· Sejarah hidup

· Wawancara terhadap seorang informan

· Wawancara semi terstruktur

· Wawancara terstruktur

· Survei

· Sensus keluarga

· Kuestioner

· Teknik-teknik Proyektif

· Observasi

· Tes

· Analisis isi terhadap teks pendukung dan bahan visual

· Wawancara kelompok

· Teknik pemerolehan (dari buku atau sejarah)

· Bahan Audiovidual

· Mambuat peta ruang

· Analisis jaringan (network)

3. Langkah-langkah Penlitian Etnografi

1. Menentukan maksud dan bentuk penelitian, serta menghubungkannya dengan masalah penelitian

2. Menentukan persetujuan dan mengakses berbagai pertimbangan

3. menggunakan prosedur pengumpulan data yang tepat

4. menganalisis dan menginterpretasi data

membuat laporan peneltian

Tahapan atau rangkaian pengembangan penelitian


12. Menuliskan Etnografi

11. Menentukan tema budaya

10. Membuat komponen-komponen analisis

9. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan

yang menonjol

8. Membuat analisis taksonomi

7. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan

yang struktural

6 6. Membuat analisis suatu wilayah

atau bidang tertentu

5. Menganalisis wawancara ethnografis

4. Menanyakan pertanyaan deskriptif

3. Membuat catatan etnografis

2. Mewawancarai seorang informan

1. Mencari lokasi seorang informan

Tahapan diawali dengan fokus yang lebih luas, kemudian tahapan ke-7 mulai ke fokus yang lebih sempit untuk investigasi yang lebih intensif terhadap beberapa wilayah yang telah dipilih. Garis putus-putus mengetengahkan bahwa fokus ini bisa berubah, fokus yang sempit dan luas dapat muncul bersamaan, tetapi dengan penekanan yang lebih pada satu atau tahapan lain dalam penelitian. Sumber: dari The Ethnograpic interview Edisi pertama oleh James. P. Spielberg. Copyright 1997.

Prosedur dalam etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.

Prosedur/ Tahapan

Etnografi Realis

Studi Kasus

Etnografi Kritis

1.Identifikasi maksud, tentukan bentuk penelitian yang tepat, dan bagaimana maksud penelitian kita berhubungan dengan masalah penelitian

2. Diskusikan bahwa kita akan mendapat suatu persetujuan dan akses terhadap tempat penelitian dan partisipan

3.Kumpulkan data dengan memberikan penekanan pada waktu di lapangan, infromasi dari berbagai sumber dan kolaborasi

4. Analisis dan menginterpretasi data dalam penelitian

5. Tulis dan laporkan penelitian sesuai dengan bentuk penelitian

· Masalah berhubungan dengan sebuah culture sharing group dan bagaimana masalah tersebut muncul

· Masalah menuntut gambaran yang detil tentang kehidupan sehari-hari orang-orang yang diteliti

· Masalah berhubungan dengan pemahaman sebuah tema budaya

· Identifikasilah tema budaya yang kita pilih atau kita teliti

· Mendapatkan persetujuan/pengesahan dari institusi terkait

· Tentukan tempat/wilayah penelitian dengan menggunakan prosedur maksud dan sampel

· Mengidentifikasi ”penjaga pintu” untuk mendapatkan akses masuk

· Jaminan persediaan/perbekalan untuk menghargai wilayah penelitian

· Menghabiskan waktu yang sangat efektif di tempat atau wilayah penelitian bersama-sama dengan “Culture Sharing Group” yang akan diteliti

· Memasuki wilayah penelitian dengan perlahan-lahan dan membangun

· Merencanakan tindak lanjut terhadap data yang telah tersedia

· Melakukan obsevasi dan mencatat atau merekam data di lapangan

· Membaca data untuk mengembangklan pemahaman yang menyeluruh dari data tersebut

· Mengembangkan gambaran detil tentang latar kebudayaan untuk membangun sebuah konteks dari kelompok yang sedang diteliti

· Mengembangkan tema tentang ”culture sharing group”

· Membuat interpretasi dari tema budaya yang sedang diteliti

· Laporakan penelitian sebagai studi yang memiliki tujuan

· Sebagai seorang peneliti, sertakan latar belakang penulisan laporan tersebut

· Hindari prasangka pribadi

· Mengidentifikasi bagaimana eksplorasi kita tentang tema budaya meningkatkan ilmu pengetahuan

· Masalah berhubungan dengan pengembangan lebih dalam terhadap suatu pemahaman tentang sebuah kasus atau sistem terkait (bounded system)

· Masalah berhubungan dengan pemahaman suatu peristiwa, aktivitas, proses atau satu individu atau lebih individu

· Mengidentifikasi bentuk ”kasus” apakah intrinsic instrumental atau collective

· Mendapatkan persetujuan dari institusi terkait

· Tentukan tempat atau wilayah penelitian dengan menggunakan prosedur maksud dan sampel

· Mengidentifikasi berapa banyak kasus yang akan diteliti

· Mengidentifikasi penjaga pintu untuk mendapatkan akses masuk

· Jaminan persediaan/pembekalan untuk menghargai wilayah penelitian

· Mengumpulkan data secara ekstensif dengan mengggunakan berbagai bentuk pengumpulan data, seperti observasi, wawancara, dokumen, dan audiovisual

· Membaca data untuk mengembangkakn pemahaman yang menyeluruh dari kata tersebut

· Menggambarkan kasus dengan detil dan membangun sebuah konteks

· Mengembangkan isu-isu atau tema tentang kasus yang sedang diteliti

· Jika kasus yang diteliti lebih dari satu pertimbangkan analisis terhadap satu kasus yang diikuti oleh analisis kasus bersilangan

· Laporkan penelitian gambaran kasus, analisis, dan interpretasi dengan berbeda atau sama

· Memilih laporan dalam bentuk objektif atau subjektif

· Menyertakan prasangka awal

· Menyamaratakan terhadap kasus-kasus lain.

· Masalah behubungan dengan suatu keharusan untuk menyoroti suatu masalah dalam masyarakat sekolah

· Masalah membutuhkan sutau tindakan dan proses hukum

· Mengidentifikasi isu-isu kritis yang akan kita eksplor

· Mendapatkan persetujuan/pengesahan dari institusi terkait

· Tentukan tempat atau wilayah penelitian dengan menggunakan prosedur maksud dan sampel

· Mengidentifikasi penjaga pintu untuk mendapatkan akses masuk

· Jaminan persediaan atau perbekalan untuk menghargai wilaah penelitian

· Berkolaborasi dengan para partisipan dan secara aktif melibatkan mereka dalam pengumpulam data

· Mengumpulkan berbagai bentuk data yang diperoleh dari setiap individu

· Membaca data untuk mengembangkan pemahaman yang menyeluruh dari data tersebut

· Mengembangkan gambaran detil tentang latar kebudayaan untuk membangun sebuah konteks dari kelompok yang sedang diteliti

· Mengembangkan tema yang berhubungan dengan isu-isu kritis yang sedang dipelajari dalam ethnografi

· Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang muncul menganjurkan perubahan yang spesifik dan mengembangkan rencana untuk perubahan.

· Laporkan penelitian sebagai suatu ”panggilan” untuk sebuah tindakan terhadap isu kritis yang diteliti

· Menyertakan suatu rencana khusus tindakan untuk suatu perubahan berdasarkan penemuan-penemuan kita

· Menjelaskan bagaimana kita sudah berubah (reflektip)

Daftar Pustaka

Creswell, Jhon W. 2008 Edicational Research (Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative. Amerika: Pearson merril Prentice Hall.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya.Jakarta: Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Mulyana, dedi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.

2 komentar:

  1. sangat memberikan inspirasi terkait adibudaya kita untuk kajian pendidikan kita ke depan

    BalasHapus
  2. TOTO: Tioga Classic Stainless Steel Sunglasses | TITIAN
    Tioga Classic titanium white Stainless citizen promaster titanium Steel Sunglasses. Toto. Tioga Classic Stainless Steel Sunglasses. Tioga Classic Stainless Steel Sunglasses. TOTO. citizen titanium watch Tioga Classic Stainless tube supplier Steel Sunglasses. titanium bar TOTO.

    BalasHapus